30 June 2009

Kesaksian ex YASINDO - Pdt. Eslo Laudin Manik

Saya Pdt. Eslo Laudin Manik, S.Th yang sekarang melayani di salah satu lembaga pelayanan media (LTWR). Sebelum saya melayani, hidup saya penuh dengan dosa. Saya anak kesembilan dari 12 bersaudara. Pada tahun 1986 setelah lulus dari SMEA saya merantau ke Jakarta dengan maksud supaya di Jakarta nanti berubah sikap hidup. Maksud hati berubah ternyata hidup saya di Jakarta semakin brutal. Pada tahun 1988 saya menjadi anak jalanan dan MONAS adalah tempat saya mencari sesuap nasi. Pekerjaan yang saya lakukan di sana adalah berdagang, parkir dan hidup bergaul siang dan malam dengan teman-teman senasib di sana. Perkelahian antar suku, kelompok kerap kali saya lakukan. Setiap hari ketakutan karena selalu ada musuh. Hidup tidak tenang, kesepian, merasa rendah diri kalau berjumpa dengan orang yang hidupnya saya anggap orang baik-baik. Minum-minuman keras, judi, dunia malam bahkan narkoba sudah saya jalani. Hidup saya semakin terpuruk. Setiap hari saya jalani hidup saya dengan kebosanan, kebencian dan putus asa. Saya membenci orang tua, keluarga yang ada di Jakarta karena saya anggap mereka tidak memperdulikan saya. Saya menjauh dari mereka dan memilih teman-teman yang senasib dan mencari kesenangan dunia. Apa yang saya cari tidak saya ketemukan, justru saya sering terlibat dengan perkelahian. Pernah suatu waktu saya berkelahi dengan orang Betawi dan saya dikeroyok hampir terbunuh. Saya bersembunyi di WC dan di sana saya berdoa kepada Tuhan. Doa saya di jawab oleh Tuhan, karena saya luput dari mereka. Untuk sementara saya bersyukur pada Tuhan, tetap selanjutnya lupa lagi. Tuhan ijinkan lagi saya berkelahi dengan geng Taman Ria di Monas kumpulan arek-arek Surabaya, waktu itupun saya hampir terbunuh dan membunuh. Keberanian saya untuk tempur memang sudah semenjak anak-anak. Nah! Keadaan seperti itulah membuat saya selalu ketakutan, untuk mengatasi ketakutan itu minuman dan narkoba adalah satu-satunya jalan. Tetapi ketika pengaruh minuman berkurang maka ketakutan selalu muncul. Demikianlah hidup saya jalani hingga tahun 1992 awal.
Pada awal tahun 1991, saya pernah di Injili oleh dua orang gadis dari LPMI dan mereka menginjili saya memakai 4 hukum Rohani. Waktu itu saya bersedia di Injili karena saya terjepit, dimana Polisi menyergap kami yang sedang bermain judi di depan JAM besar yang waktu itu masih ada JAM besar di Lapangan Monas. Saya menyelamatkan diri dan membaur dengan masyarakat pengunjung, dan waktu itu adalah kedua gadis yang menyapa saya dan menawarkan 4 hukum Rohani. Saya memperhatikan teman-teman judi saya ditangkap dan mata Polisi mengarah kepada saya, tetapi mereka tidak berani ke arah saya karena pada waktu itu saya di doakan menerima Tuhan Yesus. Setelah berdoa, saya lihat Polisi pergi membawa teman-teman saya, dan saya merasa bersyukur karena diselamatkan oleh kedua gadis dari LPMI tersebut. Memang ketika saya di doakan saya juga sungguh-sungguh meminta kepada Tuhan perubahan hidup. Mulai saat itu, dalam diri saya terjadi keanehan. Sering sekali saya mimpi tentang bayi Yesus hingga pada suatu saat saya dituntun dan mengenal seorang Pdt. Gozal. Saya ikut Persekutuan setiap hari Rabu dan mulai dari saat itu saya mulai belajar berdoa. Tuhan terus menuntun saya dan memperkenalkan kepada saya Ibu Yono (beliau pelayanan di Penjara bergabung dengan YASINDO. Ibu Yono menawarkan kepada saya bimbingan rohani di Ungaran di TIM Pelayanan Kasih. Saya diantar ke TIM Pelayanan Kasih. Selama 3 bulan saya digembleng di sana Firman Tuhan dan disiplin Rohani. Saya mulai merasakan pimpinan Tuhan. Setelah tiga bulan saya di sekolahkan di Seminari Alkitab Maranatha. Ibu Yono meminta YASINDO mensponsori kuliah saya. Selama 2 tahun saya di SEMINARI ALKITAB MARANATA, saya meminta kepada Bapak Toni Taniara pimpinan Yasindo waktu itu untuk pindah ke STT lain, karena saya ingin sekolah sungguhan karena di Seminari Alkitab Maranatha hanya program D3. Saya berpikir kalau sekolah sekalian mengambil Program S1. Oleh Pak Toni di ijinkan, sehingga saya pindah ke STT Simpson. Pada tahun 1998, saya lulus dari STT Simpson, kemudian saya menikah dengan kakak tingkat saya di STT Simpson, lalu kami di utus perintisa di Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) di Cirebon. Selama 7 tahun kami menggembalakan di sana, dan yang akhirnya saya terpanggil pelayanan di LTWR sebuah LSM yang bergerak dibidang pelayanan media. Saya bergabung di sana mulai tahun 2005 hingga saat ini. Di LTWR bidang pelayanan yang saya lakukan adalah membuat Program Radio khususnya Program Young Parents, Program Bijak dan Program Terapi Jiwa (untuk korban Tsunami) dan Membuat Naskah renungan harian untuk keluarga.
Tuhan yang maha pengasih mengangkat saya dari lumpur dosa, menguduskan saya di STT. Tuhan memakai YASINDO membimbing saya selama 6 Tahun di STT. Biaya kuliah dan semuanya di support dari YASINDO. Terimakasih saya ucapkan kepada Tuhan dan YASINDO yang telah mendidik saya hingga saya dapat melayani dan menjadi kekasih Tuhan. Isteri saya bernama Ratmini Veronika, S.Th dan Putra saya yang pertama kelas 5 SD bernama Doulos,yang kedua Putri bernama Laura Eunike Manik sekarang TK B. Inilah perjalanan hidup saya karena kasih Tuhan. Saya ucapkan terimakasih kepada Almarhum Bapak Toni Taniara dan kepada semua Staf YASINDO. Kiranya Tuhan memberkati pelayanan YASINDO dan menjadi berkat bagi anak-anak NAPI serta anak-anak yang tertolak, Tuhan memberkati.