28 August 2009

Kesaksian ex YASINDO - Pdt. Jontar Hutagalung

KESAKSIAN Pdt. JONTAR HUTAGALUNG

GEMBALA SIDANG GEREJA BAPTIS INDONESIA, KELUN - MADIUN.

TUHAN MENGUBAH SEGALA RENCANAKU.


Saya dilahirkan sebagai anak kepala desa di sebuah desa terpencil di Sumatera Utara, tepatnya di Alohan Bair, Tapanuli Tengah, pada tanggal 16 Juli 1989. Walaupun keluarga kami beragama Kristen, tetapi keluarga ini tidak mencerminkan kehidupan kekristenan yang sesungguhnya, sehingga kami hidup seperti kebanyakan orang lainnya.


Aku menyelesaikan SD sampai SMP di kampung halamanku. Setelah lulus SMP aku diajak keluarga tinggal di Jakarta dan disekolahkan di STM Penerbangan I Halim Perdana Kesuma. Disinilah aku mulai mengenal hidup bebas, aku terlibat pergaulan yang tidak baik, minum-minuman keras, sampai mengkomsumsi obat-obatan terlarang. Karena kehidupanku bertambah tidak karuan, akhirnya aku diusir dari keluarga, akibatnya aku putus sekolah di kelas 2 STM. Lepas dari keluarga dan putus sekolah, bukannya aku sedih, malah sebaliknya aku bertambah senang, karena merasa lebih bebas untuk memakai dan mengedarkan obat terlarang, sehingga aku lebih mudah mendapatkan uang.


Walaupun aku terlibat sebagai pemakai dan pengedar obat terlarang, sekali-kali aku masih pergi ke gereja. Saat itu aku berjemaat di GKNI Dewi Sartika, bahkan aktif dipersekutuan kaum muda, walau sebatas aktifitas luar saja. Hatiku sendiri tidak pernah takut akan Tuhan.


Dalam aktifitasku sebagai pemakai dan pengedar obat terlarang, aku berkali-kali ditangkap oleh petugas, tetapi dengan uang yang aku miliki, aku dapat bebas kembali. Suatu hari aku ditangkap lagi, saat itu aku pikir kali ini juga sama dengan peristiwa yang dulu, yakni aku bisa bebas dengan kekuatan uangku, tapi ternyata aku keliru. Aku tidak bisa bebas. Peristiwa itu membuat aku sadar, bahwa dengan uang tidak selamanya aku bisa melakukan apa saja. Akhirnya Pengadilan Jakarta Timur menjatuhkan hukuman 10 tahun penjara kepadaku. Sejak saat itu aku menjadi penghuni LP Cipinang Jakarta Timur.


Selama 10 tahun aku berpindah dari 1 LP ke LP lain. Dari LP Cipinang selama 3 tahun aku dipindahkan ke LP Nusa Kambangan, LP Cilacap, LP Semarang, LP Purwokerto, LP Pekalongan dan LP Banyumas. Di Lembaga ini beribu-ribu kesadaran mulai timbul dalam hatiku, berbeda sekali dengan kehidupanku saat aku berada di luar dengan saku yang tak pernah kosong. Di sini aku mulai rajin mengikuti kebaktian. Suatu saat aku sadar bahwa selama ini hidup yang aku jalani tidak ada yang benar, aku hidup diluar jalur Tuhan.


Suatu hari, ketika aku mengikuti kebaktian di LP Semarang hatiku tersentuh oleh Firman Tuhan dan aku menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamatku secara pribadi. Sejak saat itu aku merasakan sukacita dan damai sejahtera luar biasa melingkupi hatiku, dan sepertinya belenggu yang selama ini mengikatku terangkat dan aku merasa bebas. Mulai saat itu aku tidak lagi berpikir tentang kehidupan dan pekerjaanku yang lalu, padahal sebelumnya aku masih merencanakan strategi hidup lama ketika nanti aku bebas, yaitu untuk terus menggeluti bisnis obat terlarang, ternyata Tuhan mengubah segala rencanaku.


Dengan pertobatan yang aku alami, aku semakin bersungguh-sungguh dalam berbakti kepada Tuhan. Aku merasakan indahnya hidup, yang selama ini tak pernah kurasakan walau aku mempunyai uang. Sampai suatu hari aku rindu untuk terlibat dalam pelayanan di LP, dan menyerahkan sepenuhnya hidupku untuk Tuhan. Kuutarakan kerinduanku ini kepada Tuhan dalam doa-doaku. Setelah melalui pergumulan yang lama, aku merasa yakin akan panggilan Tuhan dan menyerahkan hidupku sepenuhnya untuk pekerjaanNya. Aku sudah merasakan kasihNya dan Tuhan sudah begitu baik dalam hidupku. Apa yang aku lakukan kelak masih terlalu kecil dibandingkan dengan kasihNya yang begitu besar buatku.


Setelah aku bebas dari hukuman, aku melibatkan diri dalam pelayanan orang-orang stres, gelandangan, pecandu obat-obat terlarang, orang-orang nestapa di bawah naungan lembaga YCKB (Yayasan Cinta Kasih Bangsa) di Ungaran sebagai pembina rohani. Setelah sekian lama terlibat pelayanan di YCKB, aku merasa wawasan, pengetahuan dan bekalku sangat kurang. Aku rindu untuk memberikan yang terbaik bagi Tuhan, oleh karena itu dengan seijin ketua Yayasan aku kuliah di ATII Madiun. Aku terus berdoa dan berjuang, untuk tetap setia dan taat selama menempuh pendidikan di ATII Madiun. Dan di ATII Madiun inilah aku dipertemukan Tuhan dengan teman hidupku yang juga sama-sama melayani, kemudian kami di satukan dalam pernikahan kudus.


Setelah kami menikah dan diberkati oleh organisasi gereja istri, kami melayani di gereja tersebut dan dipercaya untuk menggembalakan jemaat di desa Kelun, kecamatan Kartohajo, Madiun. Sungguh suatu tantangan yang sulit untuk kami jalani, karena pada waktu kami masuk dalam pelayanan di gereja ini yang datang hanya 6 orang, gedung gereja sudah ada walaupun belum sempurna pembangunannya. Keadaan ekonomi jemaat buruh dan tani, dengan keadaan jemaat seperti itu, kami mempertahankan hidup dari jemaat yang kami layani. Tetapi puji Tuhan, oleh kemurahan Tuhan kami mendapatkan bantuan dana dari YASINDO Jakarta lewat bapak Toni Taniara selama kurang lebih 3 tahun. Kegiatan jemaat mulai saya hidupkan kembali, walaupun awalnya kurang ada sambutan, tetapi sekarang sudah ada perkembangan dalam kesetiaan jemaat mengikuti kegiatan.


Sekarang ini sudah ada 13 keluarga yang ikut ibadah, walaupun diantara keluarga-keluarga itu ada yang tidak seluruhnya percaya kepada Tuhan. Kerinduan kami jemaat Tuhan yang Tuhan percayakaan kepada kami sekarang, mengalami pertumbuhan baik secara kwalitas maupun kwantitas. Kami akan terus berjuang di ladang Tuhan yang Tuhan percayakan kepada kami, seperti janji yang pernah aku naikkan kepada Tuhan sewaktu masih di dalam LP. Walau secara manusia kadang berat dan sangat sulit namun aku terus belajar untuk tidak lari dari pelayanan dan berputus asa. Melalui doa bersama istri dan anak-anak yang setiap malam kami panjatkan, memberi pengharapan bagi kami, bahwa Tuhan tidak pernah lepas tangan terhadap anak-anakNya. Oleh karena itu kami membutuhkan kawan-kawan sekerja yang menjadi tangan-tangan terulur buat kami. Kami sadar, kami tidak dapat berbuat apa-apa tanpa pertolongan Tuhan dan anak-anak Tuhan yang mendukung kami dalam pekerjaanNya.


Demikian kesaksian saya, kiranya menjadi berkat bagi Saudara.


Tuhan memberkati.



1 comment:

  1. Pah, 23 tahun aku baru membaca kesaksianmu ini. Sedih, tangis yang tak terelakan membaca kesaksianmu. Terimakasih atas teladan, iman, yang sudah papa berikan. Terimakasih sudah mempertahankan iman sampai di garis finish. I miss you so much. Love u Pah.

    ReplyDelete